TEMPO.CO, Jakarta -Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Rabu, 10 November 2021 dimulai dengan pernyataan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir tidak menyangka ada 742 laboratorium yang melakukan pemeriksaan tes usap PCR di Indonesia.
Kemudian perdebatan merek GoTo antara PT Terbit Financial Technology, pemilik merek GOTO, dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dan PT Tokopedia, pemilik merek GoTo.
Selain itu penjelasan platform payment gateway dan dompet digital OVO yang memastikan tak terkait dengan PT OVO Finance Indonesia yang baru saja izin usahanya dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berikut adalah ringkasan dari ketiga berita tersebut:
1. Dirut Bio Farma Kaget Ada 742 Lab PCR: Muncul di Tengah Pandemi
Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir tidak menyangka ada 742 laboratorium yang melakukan pemeriksaan tes usap PCRdi Indonesia. Pernyataan itu disampaikan saat DPR menyinggung perihal bisnis PCR di Tanah Air yang salah satunya melibatkan Bio Farma.
“Kalau kami lihat dari 742, kami ga nyangka, saya juga baru tahu itu. Ada 742 lab di sini, saya juga baru tahu, artinya memang ada yang muncul di tengah pandemi gitu kan,” kata Honesti dalam rapat Komisi BUMN DPR di Jakarta, Selasa, 9 November 2021.
Komisi BUMN DPR memanggil Bio Farma dan sejumlah perusahaan farmasi lain setelah harga PCR menuai polemik di masyarakat karena harganya yang dinilai terlalu tinggi. Bio Farma juga merupakan salah satu produsen komponen tes PCR di tanah air.
Saat ini, Bio Farma berstatus holding farmasi dengan dua anggota yaitu PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk. Bio Farma yang memproduksi reagen, lalu dua anggota holding inilah yang ikut menjalankan bisnis PCR di laboratorium yang mereka miliki.
Baca berita selengkapnya di sini.
2. Adu Merek GOTO vs GoTo milik Gojek-Tokopedia, Begini Duduk Persoalannya
Perdebatan penggunaan merek dagang tengah terjadi antara PT Terbit Financial Technology, pemilik merek GOTO, dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dan PT Tokopedia, pemilik merek GoTo. Persoalan ini pun kini sudah masuk ke ranah hukum, baik perdata maupun pidana.
PT Terbit Financial Technology menyatakan merek GOTO yang mereka miliki sudah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM. Pernyataan ini disampaikan Terbit Financial Technology melalui kuasa hukumnya, Alfons Loemau.
“Klien kami memiliki hak atas merek GOTO di kelas 42 dengan Nomor Pendaftaran IDM000858218 tanggal 10 Maret 2020 dengan perlindungan sampai 10 Maret 2030,” kata kuasa hukum Terbit Financial Technology, Alfons Loemau, dalam keterangan tertulis, Selasa, 9 November 2021.
Sebelumnya, Gojek dan Tokopedia sudah mengumumkan merger dengan nama GoTo pada 17 Mei 2021. Lalu beberapa hari ini, datanglah gugatan dari Terbit Financial Technology, atau lima bulan setelah pengumuman merger.
Baca berita selengkapnya di sini.
3. Penjelasan Dompet Digital OVO soal OVO Finance yang Dicabut Izinnya oleh OJK
Platform payment gateway dan dompet digital OVO memastikan tak terkait dengan PT OVO Finance Indonesia yang baru saja izin usahanya dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Head of Public Relations OVO Harumi Supit menyatakan bahwa PT OVO Finance Indonesia atau OFI adalah perusahaan multifinance milik Lippo Group.
“Perusahaan (PT OVO Finance Indonesia) ini tidak ada kaitan sama sekali dan tidak pernah menjadi bagian dari kelompok perusahaan uang elektronik OVO (PT Visionet Internasional) yang mendapatkan izin resmi dari Bank Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu, 10 November 2021.
Harumi menjelaskan, sejak awal pendiriannya, OFI juga menggunakan nama OVO.
Jadi, kata Harumi, pencabutan izin OFI oleh OJK tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan semua lini bisnis di kelompok usaha uang elektronik OVO. “Semua operasional dan layanan uang elektronik OVO dan perusahaan-perusahaan di bawah OVO Group berlangsung seperti biasa, normal, dan tidak ada masalah sama sekali,” tuturnya.
Baca berita selengkapnya di sini.
4. Saham Tesla Jeblok Parah, Kekayaan Elon Musk Anjlok Rp 712,3 Triliun
CEO Tesla Inc., Elon Musk kehilangan US$ 50 miliar atau sekitar Rp 712,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.246 per dolar AS) pada pekan ini setelah saham perusahaan yang didirikannya tersebut terperosok dalam dua hari berturut-turut.
Dilansir dari Bloomberg, pada hari ini, Rabu, 10 November 2021, jebloknya harga saham Tesla selama dua hari ke belakang telah mencatatkan sejarah bagi Bloomberg Billionaires Index. Ini juga nilai penurunan terbesar setelah Jeff Bezos juga pernah kehilangan US$ 36 miliar atau sekitar Rp 513 triliun usai berita perceraiannya dengan MacKenzie Scott pada 2019 silam.
Anjloknya saham Tesla tersebut terjadi saat Musk menggelar jajak pendapat di media sosial Twitter pada Senin lalu, 8 November 2021. Saat itu, ia bertanya ke warganet, apakah dia harus menjual 10 persen sahamnya di perusahaan. Hal ini juga diikuti oleh berita bahwa saudaranya, Kimbal Musk menjual saham tepat sebelum jajak pendapat.
Usai unggahan jajak pendapat itu, saham Tesla yang terdaftar di Bursa Frankfurt anjlok hingga 9 persen pada awal perdagangan Senin lalu. Dilansir Channel News Asia, saham Tesla jeblok hingga 7,9 persen menjadi 980 euro atau US$ 1.135 per saham pada 7.31 pagi waktu Jerman.
Baca berita selengkapnya di sini.